• Arsip

  • Kategori

  • Online

  • Angka Statistik

    wordpress blog stats

FAO Teliti Sistem Pantang Laut di Aceh

FAO-emblem_en

“Berdasarkan perhitungan FAO, potensi perikanan dunia saat ini terus mengalami penurunan dan tinggal 40 persen, tapi potensi perikanan Aceh diyakini masih besar karena pemberlakukan sistem hukum adat laut, dan banyak perusahaan besar yang mulai melirik daerah itu untuk berinvestasi.”

ORGANISASI Pangan Dunia (FAO) meneliti sistem pantang laut yang diterapkan pemerintah dan DPRD Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai salah satu upaya melestarikan potensi perikanan lautnya.

“Kami di sana memberlakukan sistem hukum adat laut dengan melarang aktivitas penangkapan ikan satu hari yang berlangsung setiap Jumat atau disebut pantang laut,” kata staf ahli Komisi B DPRD NAD, Zulkarnaen Bakrie di Ambon, Jumat (10/5). Baca lebih lanjut

Daerah Istimewa Aceh, Yogyakarta, dan Daerah Khusus Ibukota

provinsi-aceh-suku-alas

:: Republika | 09/10/1997 ::

Oleh: A. Hasjmy

Kerajaan Aceh Darussalam, berperang melawan penjajah Belanda puluhan tahun lamanya. Waktu Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah ditawan Belanda, beliau sebagai Sultan Aceh terakhir tidak pernah menandatangani “Sarakata Penyerahan Kedaulatan Aceh” kepada Belanda, sehingga menurut hukum internasional, Aceh tetap “merdeka” dan statusnya hanya “daerah pendudukan”.

Direktur Perpustakaan dan Museum Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy Keterangan Dutabesar Keliling, Lopez Da Gruz (berasal Timor Timur) belum lama ini tentang penghapusan status Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Aceh, dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, telah menimbulkan reaksi di berbagai kota, terutama di wilayah-wilayah bersangkutan. Untuk memperjelas masalahnya, penulis merasa perlu memberi penjelasan tanpa berburuk sangka kepada Saudara Lopez Da Gruz, karena penulis yakin bahwa beliau tidak cukup memahami persoalannya. Baca lebih lanjut

Seminar Kepahlawanan Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah II

seminarMAA-400_3

BANYAK hal-hal penting yang perlu diungkap kembali berkenaan dengan perjuangan Raja terakhir “Kerajaan Aceh Darussalam” yang telah mengukir sejarah keemasanNusantara Indonesia. Kalangan ahli sejarah, bahkan tidak ragu-ragu menyebut beliau sebagai Pejuang Kedaulatan Bangsa. Salah satu peninggalan sejarah yang masih ada adalah keberadaan makamnya di lokasi Taman Pemakaman Umum (TPU) Rawamangun, Jakarta Timur, bersama dengan makam keluarganya serta makam pejuang-pejuang Aceh lainnya. Namun, sangat disayangkan karena kesannya kurangperawatan. Baca lebih lanjut

Kartini ‘Bikinan’ Belanda

925c06e9-2eda-4a26-8e6a-f33591fd305b_Museum-Kartini-170413-AFA

Oleh: Zen RS

“Karena setelah Indonesia merdeka, narasi ketokohan Kartini yang dibikin Belanda ini tidak dihapuskan oleh para intelektual Indonesia. Tidak banyak sosok yang dipuji dan disokong sedemikian rupa oleh pemerintah kolonial dan pemerintah Indonesia merdeka sekaligus.”

SEBAGAI narasi, Kartini memang dibikin oleh orang-orang Belanda. Dan inilah salah satu soal (atau “sial”?) utama yang merongrong narasi Kartini. Apa bisa kita kenal Kartini jika Belanda tak membuatkan narasi tentangnya?

Kartini sudah dikenal oleh banyak orang Belanda sebelum ajal menjemputnya pada 17 September 1904. Pembicaraan tentangnya sudah muncul sejak dia mulai menulis di beberapa surat kabar — tentu saja dalam bahasa Belanda. Baca lebih lanjut

Orang Indonesia Buta Sejarah

5325566565_f3c6d23cc5_z

Orang-Orang Dahulu

:: rnw.nl ::

“Pemerintah Orde Baru menempatkan sejarah sebagai kepentingan rejim. Kalau tidak mendukung kepentingan maka dianggap salah.”

“ORANG Indonesia pada umumnya tidak meminati sejarah negara sendiri, mereka lebih suka mitos dan fantasi nasionalisme,” demikian sastrawan Belanda Adriaan van Dis.

“Memang tidak enak mengatakan itu, tapi kadar intelektual para cendekiawan Indonesia sangat kurang,” tutur Van Dis yang sedang merampungkan dokumentr tentang Indonesia untuk televisi Belanda. Ia termasuk elit intelektual Belanda yang banyak menulis dan dikutip dalam media Belanda. Baca lebih lanjut