• Arsip

  • Kategori

  • Online

  • Angka Statistik

    wordpress blog stats

Aceh, Syariat, Siasat

.:. Majalah Tempo | 13/10/2014 .:.

Oleh: Reza Idria

AWAL Oktober lalu, menjelang hengkangnya sejumlah politikus dari parlemen Aceh periode 2009-2014, kita terperanjat membaca draf Qanun Jinayat kembali dilembarkan. Lima tahun sebelumnya, politikus parlemen Aceh (periode 2004-2009) berperangai sama: mereka meninggalkan draf Qanun Jinayat, suatu kode hukum lengkap dengan hukum potong tangan dan rajam. Aturan tersebut tak dapat diberlakukan karena Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh waktu itu, tak mau menandatanganinya.

Tak mudah bagi orang menalar sejak kapan dan kenapa Aceh kini senantiasa mengedepankan cita-cita kembali ke masa silam dan bagaimana kaitannya dengan tafsir identitas kembarnya dengan Islam. Masa depan Aceh seperti pusaran Mesianik yang tak lagi linear ke depan akibat rentang satu abad konflik periodik –perang kolonial, revolusi sosial, Darul Islam, hingga Gerakan Aceh Merdeka, yang menciptakan perang hingga ke dekade awal milenium ini– yang menyita segala hal, termasuk harta, nyawa, dan akal sehat.

Baca lebih lanjut

Kesultanan Aceh Pernah Minta Jadi Vasal Turki Usmani

Meriam Lada Sicupak

Meriam Lada Sicupak. Pemberian Kesultanan Turki Usmani kepada militer Kesultanan Aceh Darussalam.

:: historia.id | 25/08/2020 ::

Oleh: Risa Herdahita Putri

Aceh memiliki hubungan diplomatik dengan Turki Usmani. Bahkan, Aceh pernah meminta menjadi negara bawahannya tapi ditolak.

KESULTANAN Aceh memiliki hubungan diplomatik dengan Turki Usmani terutama sejak abad ke-16. Aceh beberapa kali mengirim utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan militer. Mereka mengangkut komoditas dagang terutama lada untuk dipersembahkan kepada sultan Turki.

Bahkan, ada bukti kalau Aceh pernah mengajukan diri menjadi vasal atau negeri di bawah perlindungan Turki yang ketika itu merupakan imperium terkuat di dunia. Baca lebih lanjut

Bau Pinus di Hutan Leuser

Leuser

Taman Nasional Gunung Leuser

:: majalah tempo | 04/01/2004 ::

Oleh: Nurdin Kalim

Gajah, harimau Sumatera, badak, beruang madu, orangutan, dan Rafflesia arnoldi akan menjadi cerita masa lalu jika rencana Ladia Galaska tetap dilanjutkan.

PAGI di ambang November 2003. Sinar matahari bersijingkat di atas puncak Gunung Leuser, mengantarkan warna kuning di atas kawasan hutan lindung itu. Awan tipis. Suara kicau burung. Teriakan siamang memecah hari yang masih baru. Dari sebuah sudut jalan Kutacane-Blangkejeren, Nanggroe Aceh Darussalam, Leuser berubah menjadi pentas teater maharaksasa.

Sungai Alas meliuk membelah hutan yang dirimbuni pohon pinus dan meranti. Sinar surya menerpa permukaan sungai. Persanggamaan air dan cahaya melahirkan kaca-kaca cermin di sepanjang sungai: bersinaran, memantulkan bayang burung-burung yang terbang di sepanjang aliran.
Bau pinus meruap. Juga aroma hutan yang basah oleh embun. Di kejauhan, Gunung Leuser berdiri tegak. Awan tipis merambati puncaknya. Baca lebih lanjut

Penjual Obat dalam Kemelut Revolusi

Koran Penjedar

Koran Penjedar

:: sinarpidie.co | 28/06/2020 ::

Oleh: Firdaus

Kakak beradik—Hasan Sab, Husen Sab dan Sab Cut— berasal dari Gigieng. Penentang uleebalang yang gigih ini berangkat dari keluarga pedagang. Mereka punya toko obat di Sigli.

HUSEN Sab tampaknya bersedia menceburkan diri dalam organisasi apapun asalkan organisasi itu memusuhi uleebalang. Ia tak pernah melewatkan satu momentum pun yang berkaitan dengan upaya penyingkiran musuh-musuh bebuyutannya itu.

Husen Sab. dengan gagap gempita, menyambut Jepang tatkala mereka masuk ke Aceh pada Februari 1942 untuk menyingkirkan kekuasaan Belanda yang berkolaborasi dengan uleebalang. Husen merupakan anggota F-Kikan atau Fujiwara Kikan. Baca lebih lanjut

Kisah Guru Aceh Bujuk Petinggi GAM Agar Generasi Muda Boleh Sekolah

Sekolah Dibakar Separatis GAM

Seorang anak sedang memperhatikan ruang kelas sekolahnya yang dibakar separatis GAM di Bireuen saat konflik Aceh tahun 2003.

:: merdeka.com | 18/12/2019 ::

Oleh: Indra Cahya

Pada 19 Mei 2003 silam, pemerintah Indonesia melancarkan sebuah operasi militer terpadu di Aceh. Kira-kira 30.000 personel TNI serta 12.000 polisi dikirimkan ke tanah Serambi Makkah tersebut.

Ini menjadi operasi terbesar dalam sejarah kemiliteran Indonesia selain Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975.

Provinsi paling barat pun mengalami masa-masa yang paling mencekam seiring baku tembak yang terjadi di mana-mana, belum lagi situasi kaos dan teror yang menyasar masyarakat sipil.

Di tengah gejolak itu, seorang pria memberanikan diri mendatangi salah seorang petinggi separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sedang meriung bersama beberapa orang pasukannya di sebuah warung bekas pada suatu siang. Baca lebih lanjut