• Arsip

  • Kategori

  • Online

  • Angka Statistik

    wordpress blog stats

Seru! Tradisi Adu Lembu di Aceh Besar

1116579-adu-lembu-620X310

TRADISI adu lembu hingga sekarang masih dilakukan oleh masyarakat di Aceh Besar, Provinsi Aceh. Mengadu lambu biasanya dilakukan di lapangan terbuka dan disaksikan oleh ratusan penonton. Lembu yang diadu tentunya lembu berkelamin jantan dan bertanduk yang cukup panjang, fungsinya untuk melemahkan lawan saat bertarung. Tradisi ini biasa digelar usai panen dan pada saat musim kemarau, untuk menguji kekuatan lembu dan sekaligus menjadi ajang hiburan bagi warga yang memelihara lembu.

Masyarakat Aceh memang sejak dulu telah mengenal tradisi adu lembu atau dalam istilah bahasa Aceh disebut “Peupok Leumo”. Tradisi ini hingga sekarang masih dilakukan oleh masyarakat khususnya warga di Kabupaten Aceh Besar saat musim kering atau usai panen.  Lembu yang ukuran poster tubuhnya besar ini diadu di lapangan terbuka dan di ikuti oleh puluhan lembu dari beberapa desa yang ada di Aceh Besar. Baca lebih lanjut

Aceh Kenduri Sepanjang Hari

0859599-kenduri-di-aceh-620X310

:: kompas.com | 01/04/2013 ::

“Maulid adalah salah satu kenduri wajib yang dirayakan besar-besaran di Aceh. Snouck Hurgrounje dalam buku Aceh di Mata Kolonialis menyebutkan, Maulid di Aceh tidak hanya terkait peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga terkait ketaatan kepada Kerajaan Turki yang melindungi Kesultanan Aceh. Sultan Turki berpendapat, Aceh yang letaknya cukup jauh dari Turki tidak perlu mengirimkan upeti setiap tahun. Sebagai gantinya, Sultan memerintahkan Aceh menunjukkan ketaatannya dengan memperingati Maulid setiap tahun secara bersama-sama.”

KENDURI tak mengenal musim di Aceh. Bahkan, di kala perang, kenduri tetap berjalan. Begitulah, lewat kenduri orang Aceh saling mengikatkan diri.

Aroma kenduri Maulid tercium di awal pagi di Desa Pupu, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, pertengahan Februari lalu. Lepas subuh, Aisyah (51) dan Mardianah (38) sibuk menyiapkan aneka masakan yang akan dibawa ke meunasah (musala) tempat kenduri berlangsung. Tangan mereka cekatan membungkus nasi berbentuk kerucut dengan daun pisang batu. Baca lebih lanjut

Sapi dan Kehormatan Lelaki

0612437p

:: kompas.com | 31/03/2013 ::

“Bagaimana dengan laki-laki yang tidak mampu? “Laki-laki Aceh akan sangat malu jika tak bisa membawa daging sapi saat meugang. Kehormatannya di mata istri dan mertua langsung jatuh,” tutur Reza.”

DI kandang-kandang yang terasing, sapi-sapi istimewa dipelihara secara istimewa pula. Mereka dilayani dan dijaga laksana raja. Ketika waktunya tiba, sapi-sapi itu disembelih demi mengangkat kehormatan laki-laki di mata istri. Empat bulan terakhir, Isya (62) tidak tidur serumah dengan istrinya, tetapi dengan sekawanan sapi. Tempatnya di sebuah kandang yang tersembunyi di antara semak dan rerimbunan pohon ratusan meter dari Gampong Lam U, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Suatu pagi pada pertengahan Februari, Isya baru saja bangun tidur. Rambutnya masih acak-acakan. Ia tersenyum menyambut kedatangan empat tamunya. Baca lebih lanjut

Para Penjaga Rahasia Kari Aceh

0808427-meracik-bumbu-kari-aceh-620X310

:: kompas.com | 28/03/2013 ::

“Bagi masyarakat Aceh,makan menjadi momen istimewa, khususnya jika ada kari daging dalam menunya. Sedari dulu mereka adalah penikmat kuliner, seperti disebutkan di banyak catatan lama. Dalam The Voyage of Thomas Best to The East Indies, 1612-1614 disebutkan, Best yang datang ke Aceh sebagai utusan Belanda dijamu Sultan Iskandar Muda dengan 400 macam makanan dari daging.”

ACEH adalah kari. Aroma rempahnya diturunkan dari generasi ke generasi. Tak perlu khawatir kelezatannya akan memudar sebab selalu ada penjaga rasa kari yang lahir di setiap generasi. Lantai 2 Pasar Setui, Banda Aceh, akhir Februari. Keramaian hanya ada di sudut bangunan bagian belakang, tempat Asber Os Meri (48), atau akrab disapa Kak Meri, berjualan bumbu. Baca lebih lanjut

Diaspora Kari ke Penjuru Negeri

0816202-kari-kambing-620X310

:: kompas.com | 30/03/2013 ::

“Jejak kari di Aceh yang sudah lebih ”ringan” dan telah jauh berevolusi dibandingkan dengan kari olahan Kampung Madras, Medan, menunjukkan bahwa proses adaptasi terhadap kari asli India sudah jauh lebih lama. Interaksi Aceh dengan India memang sangat lama, sebelum kedatangan bangsa Eropa abad ke-16. Puncaknya adalah saat Kesultanan Aceh terbentuk pada abad ke-17, yang mengundang gelombang pedagang dari India ke Aceh. Di Medan, kedatangan orang-orang India, terutama terjadi pada abad ke-19, saat perkebunan tembakau di Deli dibuka.”

DARI tanah kelahirannya di India, kari berdiaspora ke seluruh penjuru negeri. Dan, di setiap tempat persinggahannya, kari mengalami evolusi baik nama, tampilan, bentuk, maupun rasa. Itu pula yang terjadi di Medan dan Aceh.

Aroma daun kari langsung tercium begitu semangkuk kari chollay tersaji di meja makan Restoran Cahaya Baru, Medan, Sumatera Utara. Kuah kari, santan kental berwarna coklat, berminyak kemerahan, hampir seperti karamel, membalur kacang kuda berwarna kuning dan kacang kapri yang hijau. Baca lebih lanjut